✔ Dongeng Kasatmata “Merah Hati” Part Iii

Selama ia menempuh pendidikan di sekolah tersebut dengan banyak sekali keterbatasan yang dimilikinya, tak mematahkan semangat dan perjuangannya untuk tetap menimbah ilmu walau banyak rintangan dan tantangan. Dalam perjalanannya, banyak hal yang sangat terkesan, mulai dari proses pembelajaran hingga pada ketika istirahat, contohnya saja ketika istirahat diisi dengan banyak sekali permainan tradisional dan banyak sekali acara lainnya yang tak kalah serunya dengan permainan zaman now.


Beberapa acara yang sering  dilakukan bersama teman-temannya ibarat “mapode-ponde”, “mangasing”, “mabbaguli” dan sesekali pergi mencari jambu, settung dan bunne disekitaran sekolah demi mengganjal perut guna  menunda rasa lapar, lantaran cemilan tersebut merupakan alternatif jikalau tak punya uang jajan yang cukup. Jajanan yang sering dijumpai pada ketika itu, diantaranya “Astor” yang dijual oleh sahabat sediri (Gahu), Bojo (Ancu), burasa (P.Hasni) dan ucapan terima haturkan kepada P. Hasni lantaran selain menunjukkan jajan dengan harga terjangkau waktu itu, juga menunjukkan air minum secara gratis.


Dalam proses pembelajaran yang dijalaninya tidaklah selancar sahabat sebayanya, ia bahkan beberapa kali nyaris putus sekolah jawaban tidak sanggup membayar BP3 lantaran waktu itu pendidikan belum kenal yang namanya pendidikan gratis apalagi yang namanya beasiswa, sehingga ia harus membanting tulang di usianya yang masih belia. Pekerjaan dilakoninya dengan bertaruh nyawa memanjat pohon aren setinggi 10an meter untuk menyadap nira (massari) sebagai materi baku gula Proses pembuatan gula aren mebutuhkan kayu bakar yang cukup banyak serta proses penyadapannyapun membutuhkan keterampilan khusus lantaran tidak semua air nira sanggup menjadi gula kalau salah takar gulanya jadi gagal (mattare) bahkan air nira bukan hanya diproduksi menjadi gula tetapi juga sanggup menjai materi baku cuka aren bahkan air nirapun sanggup menjadi minuman beralkohol yang memabukkan. Sepulang dari menyadap air aren sembari menggembala sapi juga harus  memasak air niranya  hingga menjadi gula siap ditukar dengan rupiah. Ari hasil jualan gula aren itulah menjadi salah satu sumber penghasilan untuk membayar BP3, mengganti merah hati dan peralatan sekolah lainnya.


Kala waktu itu yang patut disyukuri dibalik keterbatas ekonomi ia mempunyai sosok guru ibarat ibu Barma  dan ibu Nurmi (sapaan) yang begitu tabah dan tabah mendidiknya sehingga pada balasannya ia tetap sanggup melanjutkan sekolah ibarat teman-teman yang lain, biar ilmu yang ibu berikan menjadi amal jariah……. NEX Kisah Nyata “Merah Hati” Part  IV di edisi berikutnya…


Baca Juga :  Kisah Nyata “Merah Hati” Part I


Baca Juga :  Kisah Nyata “Merah Hati” Part II







Belum ada Komentar untuk "✔ Dongeng Kasatmata “Merah Hati” Part Iii"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel