✔ Rokok Di Kalangan Remaja
Pendahuluan
Rokok,
sigaret, atau cerutu yaitu silinder dari kertas berukuran panjang antara 70
hingga 120 mm dengan diameter 10 mm yang berisi daun-daun tembakau kering yang
telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara
agar asapnya sanggup dihirup lewat ekspresi pada ujung yang lainnya.[1]
Rokok sendiri merupakan suatu benda sudah tekenal didunia ini. Rokok sudah
menjadi serpihan hidup manusia. Bahkan sudah menjadi suatu yang tidak bisa
dipisahkan dalam kehiudupan penikmatya. Rokok menjadi symbol kejantanan,
kegagahan, kekuatan, keberanian dan katangguhan. [2]
Di kutip dari (chotidjah, 2012) Rokok yaitu salah satu kebutuhan hidup bagi mereka yang
beranggapan begitu (perokok), sebaliknya bagi mereka yang tidak merokok akan
beranggapan bahwa rokok bukanlah segala-galanya. Perilaku
merokok merupakan kasus kesehatan dunia lantaran sanggup mengakibatkan berbagai
penyakit. Data pertama WHO, 2016, menyebutkan 63% dari maut di seluruh
dunia yang disebabkan oleh NCDs (Noncommunicable Diseases), tembakau
adalah salah satu faktornya. Yang kedua data pada Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia (UI) tahun 2006 (dalam, supriadi 2010) mencatat bahwa
“rokok merupakan pengeluaran terbesar kedua yaitu sebesar 11,89% setelah
pengeluaran untuk padi-padian yang mencapai 22,10% dan lebih tinggi untuk biaya
pengeluaran listrik, telepon dan materi bakar minyak (BBM) yang sebesar 10,95%
dan sewa dan kontrak yang mencapai 8,82%. Menurut setyoadi Indonesia merupakan
negara yang mempunyai jumlah perokok remaja terbanyak di dunia. Sekitar 80%
perokok di Indonesia memulai kebiasaannya tersebut sebelum berumur 19 tahun,
sampai-sampai pada tahun 2013 pada bulan februari di tanggal 15 pukul 16:20
yang diberitakan Metro TV bahwasannya Indonesia menerima label “baby smoker”
karena prevelensi jumlah perokok anak meningkat secara signifikan dan usia
merokok yang semakin muda. Keadaan ini tentu saja memprihatian bagi anak-anak
karena mereka mempunyai sifat rentan dan berpotensi menjadi perokok jangka
panjang. [3]
Dikutip dari (achmad nur wahid) sikap merokok akan terus berlanjut hingga usia dewasa
karena keterbiasaannya dari kecil, sejumlah perubahan fisik akan terlihat wajah
konfigurasinya berubah, kulit yang mengering dan mengerut, tulang belakang
mulai bungkuk, gusi menyusut, gigi hilang, system kekebalan tubuh berkurang,
tulang-tulang gampang rapuh, rentan terhadap penyakit menyerupai kanker dan radang
paru-paru. kemudian bagaimana pandangan remaja terhadap rokok? Serta
dampak dari memakai rokok? Perilaku merokok selain merugikan diri sendiri
juga merugikan orang lain disekelilingnya terutama keluarga yang hidup bersama
sehari-harinya. Asap rokok yang dikeluarkan oleh perokok pasif akan menimbulkan
berbagai penyakit diantaranya: resiko kanker paru-paru, dan resiko infeksi
telinga. Beberapa penelitian menyampaikan bahwasannya rokok tidak hanya
menimbulkan penyakit jangka panjang tetapi juga sanggup menimbulkan
penyakit-penyakit jangka pendek menyerupai batuk, peningkatan denyut jantung,
penyakit hipertesis, penyakit rongga mulut, hingga ulkus peptikum. Sebelum
orang berketergantungan pada rokok ketika mereka awal mula menjadi perokok atau
pertama menghirup rokok mereka akan mengalami gejala-gejala hingga mereka
mengabaikannya hingga mereka terbiasa dengan rokok dan menjadi ketergantungan
kepada rokok.[4]
Metode
penelitian
Penelitian
ini memakai metodologi penelitian kualitatif deskriptif. Metode ini
menyesuaikan pendapat anatara peneliti dengan narasumeber atau informan.
Penelitian memakai metode ini dikarenakan sanggup dengan mudah
mendeskripsikan fakta yang kita sanggup di masyarakat terkait pandangan remaja
terhadap rokok.
Penelitian
ini dilakukan pada tanggal 25-26 mei 2019 di hari sabtu dan minggu. Target
penelitian ini yaitu remaja di usia 18-21 tahun. Subjek yang dibahas dalam
artikel ini yaitu pandangan seorang remaja terkait rokok. Prosedur yang
dilakukan yaitu kita membagikan angket kepada bebrapa remaja sesuia pendapat
mereka. instrument Teknik analisis artikel tersebut yaitu dengan membandingkan
pendapat satu dengan pendapat yang lainnya.
Hasil
dan pembahasan
Hasil
penelitian ini mengambil kasus wacana rokok di mata remaja pada usia 18-21
tahun. Berdasarkan wawancara dan proteksi angket muncul aneka macam warna
pendapat dari mereka yang memakai rokok (perokok) dan mereka yang tidak
menggunakan rokok (bukan perokok), rata-rata mereka mulai merokok pada tingkat
pelajar. Ada yang beropini rokok mempunyai dampak nyata berdasarkan pengguna dan ada juga yang beropini bahwasannya
rokok mempunyai dampak negatif, adapun pendapat mereka:
- Pengguna rokok (perokok)
Menurut
penikmat rokok yang kami temui, rokok mempunyai dampak nyata mereka
berpendapat bahwasannya ketika kita merokok akan ada semacam sensasi dan
kenikmatan dikala merokok, ada juga yang beropini bahwasannya merokok itu hal
yang lumrah dan biasa jadi berdasarkan mereka merokok itu sangat asik dan sebagai
sarana sosialisasi biar lebih gampang untuk bergaul dengan teman sebayanya,
dengan merokok mereka juga lebih cepat menemukan ide ketika ada suatu
persoalan dikarenakan ketika merokok mereka akan jauh lebih tenang dan damai.
Tetapi dibalik itu mereka juga ada rasa untuk berhenti merokok, mereka
merasakan ada pengaruh negatif dikala mereka merokok mungkin lantaran pengeluaran
bertambah banyak atau mungkin mereka sadar akan bahayanya merokok. Perilaku
merokok dilihat dari aneka macam sudut pandang merugikan baik untuk diri sendiri
maupun orang disekitar. Kerugian untuk diri sendiri disisi kesehatan dapat
menimbulkan beberapa penyakit menyerupai kanker paru-paru, kanker kandung kemih,
kanker kerongkongan, kanker ginjal, kanker tenggorokan, stroke, penyakit
paru-paru kronik, impotensi, gangguan kehamilan dan janin, dan lai sebagainya[5].
Adapun alasan lain mereka merokok itu, mereka beropini tidak apa-apa merokok
toh yang sakit tubuh saya juga (perokok). Pikiran semacam itu salah besar
karena memang yang mencicipi sakit itu mereka yang merokok akan tetapi keluarga
mereka lah yang seharusnya kasian lantaran harus kebingungan atau keuslitan
mengurus atau merawat anak atau keluaraganya yang di rawat akhir merokok. hal
itu sangat egois. Itulah salah satu kerugian merokok bagi orang lain.
- Tidak memakai rokok (bukan perokok)
Menurut
mereka yang bukan perokok yang kami temui, mereka beropini
bahwasannya
dengan tidak merokok mereka akan jauh lebih hemat dan mereka merasa uang bisa
digunakan dengan semestinya terutama dipakai dengan hal-hal yang lebih
penting. Dan mereka sadar akan dampak negatif yang dihasilkan oleh rokok. Mereka
ada yang pernah mencoba satu batang atau lebih dan ketika menghirup lewat mulut
dan mengeluarkan asap rokok memang disitu memperlihatkan feel/rasa yang unik tetapi
hanya sekedar mencoba dan tidak ingin menjadi perokok sehingga rasa
ketergantungan terhadap rokok akan hilang. Pada dikala mereka pertama kali
mencoba mengkonsumsi rokok, gejala-gejala awal yang dialami yaitu batuk-batuk,
lidah teras getir, dan perut mual. Sehingga menjadi kebiasaan dan alhasil menjadi
ketergantungan. Ketergantungan ini dipresepsikan menjadi kenikmatan yang
memberikan kepuasan yang artinya sikap merokok merupakan sikap yang
menyenangkan dan bergesar menjadi acara yang bersifat obsesif. Hal ini
disebabkan oleh zat aditif yaitu nikotin dan tar jikalau dilarang tiba-tiba akan
menimbulkan stres maka dari itu bagi mereka yang tidak merokok memilih
menghindari merokok biar tidak terjadi ketergantungan dan berujung stres. Alasan
lain dari mereka tidak merokok yaitu mereka mempunyai pengalaman jelek dari
rokok menyerupai salah satu dari keluarga atau tetangga mereka terkena sakit akut
dan ada pula yang hingga meninggal dunia. Maka dari itu hal tersebut menjadi
pembelajaran bagi mereka yang tidak merokok supaya tidak menjadi perokok.
Kesimpulan
dan saran
Rokok
merupakan sesuatu yang sanggup menjadikan dampak nyata maupun dampak negatif
bagi individu orang maupun disekitarnya meskipun banyak yang mengklaim
bahwasannya rokok itu hampir semuanya yaitu berisi kenegatifan bagi seseorang.
Merokok merupakan kebutuhan hidup bagi penikmatnya
(perokok) dikarenakan mereka sudah ada rasa ketergantungan terhadap rokok,
sebaliknya bagi mereka yang tidak merokok (bukan perokok) akan beranggapan
rokok bukan serpihan dari dirinya oleh lantaran itu mereka tidak berkeinginan untuk
menjadi perokok, dengan didukung hemat diri, ketika mereka tidak merokok
sehingga dompet akan jauh lebih tebal daripada mereka menjadi perokok.
Dari kesimpulan di atas, saran dari peneliti bagi perokok
agar cepat sadar akan banyaknya dampak
negatif yang rokok berikan bagi mereka dan sesegera mungkin untuk mempunyai
niat dan tekad untuk berhenti merokok, bagi bukan perokok jangan sekali-kali
mempunyai impian untuk menjadi perokok lantaran dengan tidak merokok hidup
tidak akan ada rasa ketergantungan terhadap rokok dan hidup akan lebih herbal
plus hemat.
Referensi
https://id.wikipedia.org/wiki/Rokok
(di jalan masuk pada 25 mei 2019 pukul 22.17)
Chotidjah,sitti. 2012. Pengetahuan wacana rokok, pusat
kendali kesehatan eksternal dan sikap merokok. Bandung.
http://eprints.iain-surakarta.ac.id/4025/1/SKRIPSI%20FULLTEXT.pdf (di jalan masuk pada
25 mei 2019 pukul 23.09)
Komasari, dian. 2000. Faktor-faktor
penyebab sikap merkok pada remaja . bandung
https://books.google.co.id/books?id=9AdrCwAAQBAJprintsec=frontcoverdq=rokokhl=idsa=Xved=0ahUKEwjDlozV3sPiAhUR3Y8KHayNANUQ6AEIKDAA#v=onepageq=rokokf=false
(di jalan masuk pada 25 mei 2019 pukul 23.34)
[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Rokok
[2]https://books.google.co.id/books?id=9AdrCwAAQBAJprintsec=frontcoverdq=rokokhl=idsa=Xved=0ahUKEwjDlozV3sPiAhUR3Y8KHayNANUQ6AEIKDAA#v=onepageq=rokokf=false
[3] Chotidjah,sitti. 2012.
Pengetahuan wacana rokok, sentra kendali kesehatan eksternal dan perilaku
merokok. Bandung. (Hal 49-56)
[4] http://eprints.iain-surakarta.ac.id/4025/1/SKRIPSI%20FULLTEXT.pdf
[5] Komasari, dian. 2000. Faktor-faktor penyebab sikap merkok pada remaja . bandung hal (47-57)
by Muchammad Chaqiqi, Lusy Nuril Lailiyah
Belum ada Komentar untuk "✔ Rokok Di Kalangan Remaja"
Posting Komentar