✔ Pendidikan Abjad Berbasis Agama Dan Budaya
PENDAHULUAN
Pendidikan yaitu suatu proses yang
terencana untuk individu dalam mengembangkannya menjadi insan yg lebih
kreatif, tanggung jawab,mandiri serta mempunyai akhlaq yang mulia.(Suyadi, 2013) huruf yaitu suatu cara berpikir dan berperilaku tiap individu
dan mempunyai perilaku yang khas untuk
hidup dan bekerja sama baik dalam lingkup keluarga maupun bermasyarakat.
Karakter yang baik bisa mempertanggungjawabkan atas keputusanya. Karaketer
dianggap mengandung nilai-nilai yang bekerjasama eksklusif terhadap Tuhan yang
Maha Esa, diri sendiri, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam sikap,
pikiran, perasaan, dan perbuatan yang berdasarkan norma-norma hokum, agama
maupun tata eksekusi alam (Muchlas Samani, 2011) dan berdasarkan Hurlock (1974,8), mengungkapkan bergotong-royong karakter
itu potongan dari kepribadian. dimana huruf disini disebut dengan suatu
tingkah laris yang diatur oleh impian dan upaya. Pendidikan berkarakter
merupakan segala perjuangan secara sadar dan sudah terpola untuk mengetahui suatu
kebenaran mencintainya dan harus dialakukan dalam kehidupan sehari-hari (Suyadi, 2013).
Pendidikan, agama, dan budaya yaitu suatu bidang yang saling berhubungan.
ketiga aspek tersebut mengandung nilai-nilai yang sangat penting bagi manusia
dalam aneka macam aspek kehidupannya. Budaya umumnya meliputi nilai-nilai luhur
yang secara tradisional menjadi panutan bagi masyarakat. Agamapun sama mengandung nilai-nilai dan
ajaran luhur dan mulia bagi insan untuk mencapai harkat dan martabat
kemanusiaan dan kebudayaannya.
Metode Penelitian
Metode yang dipakai dalam
penelitian ini yaitu metode penelitian kualitatif karena
metode ini sanggup menghubungkan peneliti dan responden secara langsung. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan, yakni penelitian yang dilakukan secara intensif,
terperinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga, atau gejala
tertentu.(Juliansyah Nor, 2011) Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif.(Sugiyono, 2013) Penelitian ini di laksanakan di MINU WARU 2 Sidoarjo pada hari Senin 13 mei 2019.
PEMBAHASAN
Pendidikan huruf selain menjadi informasi utama, pendidikan juga
menjadi potongan dari proses pembentukan budbahasa dan dibutuhkan bisa menjadi
pondasi pertama dalam mensukseskan Indonesia emas 2025.(Dalam, Pembelajaran, Sekolah,
2003) Karena lemahnya SDM di
Indonesia maka sangat dibutuhkan pendidikan supaya SDM di Indonesia mempunyai
jumlah dan mutu yang maksimal sebagai pendukung utama pembangunan nasional
seperti yang terteran dalam UU No. 20 Tahun 2003 wacana Sistem Pendidikan
Nasional dimana Pasal 3 yang menyebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk huruf serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional
bertujuan memperkembangkan potensi akseptor didik semoga menjadi insan beriman
dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Maka
disetiap jenjang pendidikan nasional
harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut
atau lantaran Pendidikan bukan hanya membangun kecerdasan dan transfer of
knowledge tetapi juga harus bisa membangun huruf atau character building
dan perilaku.(Dalam et al., 2003)
Mencermati fungsi pendidikan nasional ini amat berat untu dipikul
dan dilaksananakan terutama apabila dikaitkan dengan siapa yang bertanggung
jawab dalam keberlangsungannya. Oleh lantaran itu kita sebagai calon pendidik
harus sanggup mengetahu huruf akseptor didik. Adapun beberapa fungsi pendidikan nasional yaitu mengembangkan
kemampuan akseptor didik serta pembentuk watak, dan secara garis besar fungsi
pendidikan huruf bangsa yaitu sebagai berikut: development, penegembangan
potensi akseptor didik untuk menjadi pribadi yang lebih baik. kemudian recovery,
membangun potensi akseptor didik semoga lebih bermartabat. Dan yang terakhir clarification,
menyaring budaya lokal dan budaya ajaib yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai budaya dan huruf bangsa yang bermartabat. Hal tersebut juga
sangat kuat adanya huruf seseorang sehingga bisa bersaing, beretika,
sopan santun, dan gampang berinteraksi dengan masyarakat.(Sofan Amri, 2011)
Berdasarkan pada pedoman pelaksanaan pendiddikan huruf bangsa
yang disussun oleh Balitbang, Kemdiknas (2011,7) tujuan pendidikan karakter
adalah sebagai berikut : menyebarkan potensi aktif akseptor didik sebagai
manusia dan warga Negara yang baik, menyebarkan prilaku dan kebiasaan peserta
didik yang terpuji dan sejalan dengan norma-norma tradisi budaya bangsa yang
religius, menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab kepada akseptor didik
sebagai generasi penerus bangsa, menyebarkan kemampuan akseptor didik menjadi
manusia yang mandiri, kreatif dan berwawasan luas, serta menmenjadikan
lingkungan hidup sekolah sebagai lingkungan yang nyaman, aman, penuh
kreativitas sehingga akseptor didik sanggup menjalin persahabatan dengan rasa
kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.
Dalam proses pembelajaran pendidik harus sanggup memotivasi dan
meyakinkan kepada akseptor didiknya, bahwa setiap insan itu mempunyai
kekurangan dan kelebihan masing-masing. menjadi seorang pendidik juga harus
mengetahui tingkat kecerdasan akseptor didiknya. Mengacu pada kecerdasan yang
dimiliki oleh anak didik ada tiga yang bisa dikembangkan yaitu kecerdasan
Intelektual(IQ), Kecerdasan Emosional(EQ) Kecerdasan Spriritual (SQ). Ketiga
macam jenis kecerdasan diatas yaitu anugerah luar biasa yang diberikan tuhan.(Akhmad Muhaimin Azzet, 2014)
seorang pendidik juga harus memahami Menurut brooks dan globe
(1997) dalam menjalankan pendidikan huruf ada tiga elemen yang sangat
penting untul diperhatikan yaitu prinsip, proses dan prakteknya.(Masyarakat, Matematika,
Tanjungpura, 2011) Seperti memberi akseptor didik suatu dongeng atau ide dengan
menjelaskan kepada akseptor didiknya. Contoh mengibaratkan hidup itu mirip puzzle, dan kiprah kita
adalah menemukan pasangan gambar yang sempurna dengan urutan yang tepat, sehingga
dapat menghasilkan apa yang dimaksud di dalamnya. Karena tidak ada resep khusus
yng menciptakan orang sukses, kecualu berusaha yang maksimal dengan bentuk kerja
keras, berguru yang rajin, disiplin, dan ulet. Seorsang pendidik juga dapat
memberikan kata-kata bijak seperti, “sekali langkah diayun, pantang untuk
kembali”,” mikul dhuwur, mendem jero”, “ing mgarsa sung tulada, ing madya
mangun karsa, tutwuri handayani”, dan banyak kata-kata bijak lainnya(Dalam et al., 2003).
Agama menjadikan pembentukan karakter, dan mengarahkan pada
kebenaran dan prilaku yang tidak bertentangan dengan moral. Dengan pendidikan
agama akan membentuk pribadi yang berakhlaqul karimah. Sehingga akseptor didik
mampu memilah mana pergaulan baik dan mana pergaulan buruk. Bahkan ibadah dalam
agama islam, erat sekali hubungannya dengan pendidikan budbahasa ujar Harun
Nasution (1998:57). Didalam Al-Qur’an sudah dijelaskan bahwa beribadah
diwajibkan. Dan seseorang yang melakukan ibadah termasuk orang yang
bertakwa. Bertakwa yaitu orang yang berakhlak mulia atau mempunyai karakter
baik.(Aditya N. Widiadi, 2012) oleh lantaran itu, training dan bimbingan pendidikan agama
sangatlah kuat bagi akseptor didik. sebagai alat kontrol dari segala
bentuk tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari. Dan melalui kegiatan
pembinaan pendidikan huruf berbasis agama ini merupakan sebuah upaya yang
praktis unuk mewujudkan nilai-nilai moral islami dalam kehidupan sehari-hari.
Theodore Brameld menyampaikan bahwa
adanya kekerabatan antara pendidikan dan kebudayaan terdapat kekerabatan yang sangat
erat yang berarti keduanya dalam suatu hal mempunyai nilai-nilai yang sama.(Novianti, Andayani, Filawati,
Erina, 2015) Adapun nilai-nilai dasar dari pendidikan budaya dan karakter
bangsa sangat banyak, Diantaranya adalah
: religious, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, bersahabat/komunikitif, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.(Dalam et al., 2003)
Suatu kebudayaan tanpa adanya proses
pendidikkan yang berarti, kemungkinan kebudayaan tersebut punah. Pendidikan
yang terlepas dari kebudayaan akan menimbulkan aliensi dari subyek yang
terdidik dan seterusnya kemungkinan matinya kebudayaan itu sendiri. Masyarakat
di Negara ini masih menghargai antara budaya dan agama untuk membangun
kehidupan yang harmonis.(Aditya N. Widiadi, 2012) Saat ini globalisasi telah memperlihatkan dampak nyata bahkan juga
dampak negatif bagi bangsa ini. Informasi yang sangat cepat dan gampang di akses
menimbulkan perubahan yang tak kalah cepat pula. kemajuan pesat dalam bidang
teknologi dan informasi sanggup dicapai dengan mudah, namun disisi lain terajdi
pula degdarasi moral di kalangan
generasi muda.
Agar pendidikan huruf dengan berbasis agama dan budaya bangsa
dapat tercapai dengan baik maka, langkah pertama sanggup melalui transfer ilmu
dimana dalam pengajarannya sanggup membentuk tingkah laris yang menjadi tujuan
dari pendidikan, dan diimbangi dengan transfer budaya, dalam kebudayaan
masyarakat mempunyai unsur budbahasa atau etika, estetika, ilmu pengetahuan, dan
teknologi. Dalam agama dan budaya fungsi
pendidikan huruf yaitu Penanaman
nilai-nilai anutan agama dan budaya, Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada
Tuhan YME, Penyesuaian moral, Penyaluran
peserta didik, Pencegahan peserta
didik dari hal-hal negative, Pengajaran wacana ilmu pengetahuan keagamaan dan
budaya.
Penerapan pendidikan huruf melalui agama sebetulnya sudah ada
sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Hal itu terbukti di dalam Al-Qur’an surat
al-ahzab ayat 21 bergotong-royong telah dijelaskan kalaw nabi muhammad SAW diutus ke
muka bumi sebagai uswatun hasanah (contoh yang baik). Di dalam hadits riwayat Al-Baihaqi juga telah
dijelaskan bergotong-royong Nabi Muhammad SAW ditugaskan ke muka bumi untuk
menyempurnakan budbahasa umat manusia. Dari ayat Al-Qur’an dan hadits di atas dapat
kita simpulkan bahwa orang yang mempunyai huruf yang baik sanggup kita jadikan
teladan yang baik.(Abdullah Hamid, 2017)
Dalam konsep agama islam Makna dari huruf sama dengan akhlak.
Karakter dan akhlaq keduanya sama-sama
membahas wacana prilaku manusia. Al ghozali pun menjelaskan bahwa akhlaq
adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai
perbuatan yang gampang tanpa adanya pertimbangan. Di dalam konsep agama, suwito
menyebutkan bahwa akhlaq juga biasa disebut dengan ilmu perangai.
Pendidikan huruf dikaitkan dengan setiap budbahasa dan moral dari
setiap manusia. Pemakaian kata akhlak, nilai dan moral dalam penerapan
pendidikan huruf serta aneka macam istilah terkait huruf diungkap oleh
berkowitz (2002:49) ia menyampaikan dalam dua puluh hingga sepuluh tahun yang
lalu, pemakaian konsep moral dan budbahasa lebih terkenal di amerika daripada
istilah pendidikan karakter. Sedangkan di negara-negara asia lebih sering
menggunakan istilah nilai.(Abdullah Hamid, 2017)
Penerapan pendidikan berbasis agama juga bisa dilakukan dengan cara
pengenalan nilai-nilai religius terhadap anak. Diantara nilai-nilai karakter
yang bersumber dari keteladanan Rosulullah SAW yang terjewantahkan dalam
kehidupan sehari-hari beliau, yakni Ishiddiq ( jujur), fathanah
(cerdas), amanah (dipercaya), tabligh ( memberikan dengan
transparan). Sebab secara tidak eksklusif penerapan nilai-nilai religius
terhadap pendidikan huruf akan mengacu kepada nilai-nilai dasar yang ada di
dalam agama (islam). Dalam pendidikan karakter, setiap anak memang sengaja di
didik untuk dibangun karakternya dan menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari.
Walaupun demikian, huruf seseorang tidak akan bisa terbentuk menjadi baik
dengan sendirinya. Akan tetapi harus ada proses pembentukan huruf agar bisa menjadi baik.
Di dalam proses pembentukan karakter, seseorang niscaya akan
mengalami tantangan serta cobaan yang harus dihadapinya semoga menjadi orang yang
baik. Sebagai contoh: ada seorang ingin berprilaku jujur, namun dalam proses
orang tersebut ingin berbuat jujur, dia menerima cobaan berupa kehilangan uang
yang mengharuskan orang tersebut untuk membayarnya. Di satu sisi orang tersebut
memegang uang perusahaanya. Dalam kondisi tersebut tantanganya adalah, apakah
orang tersebut akan memakai uang tersebut untuk membayarnya, ataukah orang
tersebut akan tetap berbuat jujur tanpa memanipulasi uang perusahaan. Oleh
sebab itu bila seseorang ingin membentuk huruf yang baik, maka orang
tersebut harus memegang teguh nilai-nilai yang ada di dalam agama.(Siswanto, 2013)
Konteks pendidikan huruf dengan agama juga merupakan sebuah
upaya untuk memunculkan nilai-nilai islami pada diri setiap manusia. Sehingga
diharapkan setiap insan bisa untuk mengantisipasi nilai-nilai buruk dari lingkungan sekitar. Oleh karenanya
pembekalan ilmu agama semenjak dini sangatlah signifikan untuk pembentukan
karakter insan menjadi lebih baik. Peran pendidikan agama sangatlah besar
dalam pendidikan karakter, lantaran mempunyai dampak yang sangat besar untuk
meminimalisir dekandensi moral setiap manusia. Untuk itu bila dalam suatu
lingkungan terdapat banyak keburukan, maka harus diimbangi dengan besarnya
pendidikan agama. Bila keburukan tidak dihindarkan sedini mungkin terhadap anak
maka tidak menutup kemungkinan huruf dari anak tersebut akan menjadi buruk,
dan disitulah kiprah agama dibutuhkan dalam pendidikan karakter.(Siswanto, 2013)
Dimensi keagamaan
dan
budaya bangsa dalam
pendidikan huruf adalaIah ideologis (religious belief) menyangkut tingkat keyakinan seseorang
tentang kebenaran
agama dan
nilai
luhur budaya bangsanya. Ritualistik ( religious practice) menyangkut tentang
kepatuhan
seseorang dalam
menjalankan ritus-ritus
agama dan nilai luhur budaya bangsanya. Intelektual (religious knowledge)
menyangkut tingkat pengetahuan dan
pemahaman seseorang mengenai ajaran-ajaran
agama
dan budaya bangsanya. Eksperensial (religious
feeling) menyangkut tingkat
intensitas
perasaan-
perasaan
dan pengalaman-pengalaman keagamaan
dan budaya bangsanya.
Konsekuensial (religious
effect)
meyangkut seberaa
kuat
ajaran dan
nilai
agama
dan budaya bangsanya.
Kemampuan dasar dalam pendidikan huruf berbasis agama dan budaya
bangsa yaitu sebagai
berikut:
- Beriman kepada Allah
- Membaca, menulis, dan memahami ayat-ayat Al-Qur’an
- Mampu beribadah
dengan baik - Meneladani
sifat,
sikap, dan
kepribadian Rasulullah
SAW - Mengamalkan sistem muamalat Islam dalam tata kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
Pendidikan huruf tidak hanya bisa dilakukan secara teoristis ,
tetapi juga dibutuhkan pengimplementasianya. Ketergantungan mereka terhadap
teknologi modern dan budaya ajaib menciptakan para akseptor didik dan masyarakat
luas jauh dari nilai-nilai luhur budaya dan agama. Bahkan penerapan pendidikan
karakter berbasis budaya dan agama pun masih sangat sulit untuk menjadi alternatife bagi generasi muda kita sekarang.
Pendidikan huruf yang diterapkan di bangsa ini harus sesuai
dengan kultur dan karakteristik masyarakat Indonesia. Pendidikan huruf yang
berbasis budaya lokal dan agama bila dipadukan akan mewakili ciri khas
masyarakat Indonesia. Bahkan pengimplementasian pendidikan huruf berbasis
keagamaan bisa berupa program-progam yang secara eksklusif diintegrasikan dan
diinternalisasikan ke dalam setiap pembelajaran di kelas maupun diluar kelas.
Meski terlihat begitu sederhana , namun dari kebiasaan, tanggung jawab, kedisiplinan
dapat terkontrol dengan baik. Sebagaimana yang terdapat di MINU WARU 2 ini.
Di MINU WARU 2 ini Keberhasilan aktivitas pendidikan huruf dapat
diketahui melalui pencapaian indikator oleh akseptor didik sebagaimana tercantum
dalam standar kompetensi kelulusan (SKL), antara lain meliputi mengamalkan
ajaran agama yang sesuai dengan tahap usianya, memahami kekurangan dan
kelebihan diri sendiri, memperlihatkan sikap percaya diri, mematuhi peraturan yang
berlaku, menghargai perbedaan agama,budaya, suku dan ras, memperlihatkan kemampuan
berfikir logis, kreatif,mampu memperlihatkan berguru mandiri, dapat
mendeskripsikan tanda-tanda alam dan sosial, bisa menganalisisdan memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari, menerapkan nilai-nilai kehidupan dalam
masyarakat,menghargai budaya nasionaldan karya seni,menerapkan hidup sehat,
bersih,dan memanfaatkan waktu luang, memahami hak dan kewajiban diri sendiri da
orang lain,menunjukkan bakatnya baik bernyanyi, menulis puisi, darama,
dstmenguasai materi untuk melanjutkan kejenjang selanjutnya, mempunyai jiwa
kewirausahaan.(Kunci, n.d.)
Sarana prasarana yang dimiliki oleh sekolah juga bisa digunakan
sebagai penunjang untuk mempermudah dalam pendidikan huruf akseptor didik.
Dengan materi-materi yang ada dan dengan memakai metode pembiasaan,
keteladanan, dan refleksi serta metode-metode yang mengaktifkan akseptor didik
dalam proses pembelajaran di kelas.(Hadi, 2014) Bentuk apresiasi guru terhadap prestasi siswa yaitu adanya umpan
balik yang nyata yaitu dengan memperlihatkan ganjaran dan hukuman
(reward-punishment). Ganjaran diberikan sebagai apresiasi guru terhadap
prestasi siswa sedangkan eksekusi diberikan bila siswa melanggar aturan yang
telah ditentukan, tetapi eksekusi disini bukan berarti dengan kekerasan atau
merendahkan mental siswa, tetapi lebih kepada eksekusi yang sifatnya mendidik.(Al-Ulum 2013, 2013)
Semua progam diatas diimplementasikan di MINU WARU 2 untuk mencetak
peserta didik yang berkarakter baik dari sisi budaya maupun agama. Berikut
adalah angket data yang sanggup kami dapatkan.dengan keterangan nilai A = 25, B =
15, dan C = 10.
No | Nama Siswa | No. Soal | ||||
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | ||
1. | Achmad Dlomiri | A | B | A | A | C |
2. | Ahmad Mashudi | B | B | C | A | A |
3. | Ahmad Rahmatullah | A | C | B | B | A |
4. | Alfiani Rahmawati | B | A | B | A | B |
5. | Aminatus Zuhriyah | B | A | A | B | B |
6. | Badi’atus Sholichah | A | A | B | B | B |
7. | Badriatul Muniroh | B | B | A | B | A |
8. | Budi utomo | A | A | C | B | B |
9. | Elina Dian Rahmatillah | A | B | A | A | B |
10. | Fahmi Hidayatullah | B | A | B | B | C |
11. | Fitriatul Islaha | A | B | B | A | A |
12. | Hadi Prayitno | B | A | A | C | B |
13. | Indah Ayu Suryani | B | B | A | B | A |
14. | Irfan Maulana Haqiqi | B | A | C | B | A |
15 | Meda Namira | A | B | B | A | B |
16. | Muchammad Fajrun Najjah | B | A | B | C | A |
17. | Muhammad Arif Alamin | A | A | C | B | B |
18. | Muhammad Khoirul Anwar | B | A | C | B | A |
19. | Muhammad Machrus Adrian Mubarok | B | A | A | C | B |
20. | Muhammad Saifullah | B | A | A | B | C |
21. | Muhammad Sauqi Hidayatullah | A | B | C | B | A |
22. | Muhammad Sugeng Prawono | B | B | B | C | A |
23. | Muhammad Tajul Mafakhir | A | C | A | B | B |
24. | Nadia Adkhani | A | B | A | B | A |
25. | Nur Hidayati | A | A | B | A | B |
26. | Ratna Qomariyah | A | B | A | B | B |
27. | Tri Mega Febrianto | A | B | B | A | A |
28. | Vina Magdasofa | B | A | B | B | A |
29. | Wahyu Istiqomah | B | C | A | B | B |
30. | Yusuf Muhammad | A | B | B | A | C |
Daftar Pustaka
Abdullah Hamid. (2017). Pendidikan Karakter Berbasis
Pesantren. Surabaya: IMTIYAZ.
Aditya N. Widiadi. (2012). Pendidikan Sejarah, Suatu
Keharusan; Reformasi Pendidikan Sejarah. UNY: Proseding Seminar Nasional
Pendidikan Sejarah.
Akhmad Muhaimin Azzet. (2014). URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER
DI INDONESIA. JOGJAKARTA: AR-RUZZ MEDIA.
Al-Ulum, N. A.-, 2013, U. (2013). Pembentukan Karakter
Melalui Pendidikan Agama Islam. Journal.Iaingorontalo.Ac.Id, 13(pembentukan
karakter), 25–38. Retrieved from
http://www.journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/au/article/view/179
Dalam, L., Pembelajaran, P., Sekolah, D. I. (2003). No
Title. (20), 54–72.
Hadi, N. P. (2014). Implementasi Pendidikan Karakter Dalam
Pendidikan Agama Islam ( PAI ) Pada Kelas IX Di Smp Hasanudin 4 Semarang Tahun
Ajaran 2013 / 2014.
Juliansyah Nor. (2011). Metodologi Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Kunci, K. (n.d.). The development of education on the
character and culture of the nation based on the local wisdom. 1–13.
Masyarakat, B. B., Matematika, P., Tanjungpura, U.
(2011). (good character).
Muchlas Samani. (2011). Konsep dan Model Pendidikan
Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
Novianti, S., Andayani, J., Filawati, Erina, S. (2015).
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Volume 30, Nomor 2 April – Juni 2015. Pengapdian
Pada Masyarakat, 30(4), 1–6.
Siswanto. (2013). Pendidikan Karakter berbasis nilai-nilai
religius. Tadris, 8(1), 92–107.
Sofan Amri. (2011). Implementasi Pendidikan Karakter dan
Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Sugiyono. (2013). Memahami Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta.
Suyadi. (2013). Strategi Pembelajaran pendidikan karakter.
bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
By Fahri Maulana, Nailatul
Adibah, Veni Vianika
Belum ada Komentar untuk "✔ Pendidikan Abjad Berbasis Agama Dan Budaya"
Posting Komentar