✔ Cerita Faktual “Merah Hati” Part I
Sumber : Dokumen eksklusif ketika pulang kampung tahun 2018
Kisah aktual seoarang anak petani miskin lahir dari pelosok tanah bugis yang terletak di derah perbatasan (Kab. Sinjai dan Kab. Bone) yang berjuang menempuh pendidikan dengan segala keterbatasan dan pengorbanan yang sekarang masih berjuang demi pendidikan dan akan menjawab beberapa pertanyaan tentang, kata siapa sekolah hanya buat orang kaya?, tapi kata siapa sekolah itu tak butuh biaya?, kata siapa sekolah itu tidak menderita?, Kata siapa sekolah tidak butuh pengorbanan?, Kata siapa sekolah itu tidak penting?, dan buat apa sekolah?, Pria ini telah dan akan menjawabnya melalui dongeng hidupnya pada beberapa goresan pena kedepan.
Pada masa usia merah hati yang saya maksud ialah usia pra cerdik balig cukup akal atau usia sekolah di SD (SD) pada tahun 1994 s.d 1999, pengambilan nama tersebut “Merah Hati” lantaran didasari beberapa pertimbangan, lantaran waktu itu ibu saya sering menyebutnya cenana sekolah saya “celana merah hati”. Lalu pertanyaannya kemudian kenapa bukan bajunya yang sering disebut oleh ibu saya contohnya “Baju Putih”?. Jawabnya ialah lantaran “celana merah hati” tersebut mempunyai nilai historis bahwa, hampir tiap tiga bulan sekali ibu dan bapak saya harus bekerja keras untuk mengumpulkan dollar semoga saya bisa beli lagi “celana merah hati” tersebut lantaran pada ketika itu, selain di pengaruhi jarak rumah saya dengan sekolah tersebut cukup jauh dan harus di tempuh dengan jalan kaki, di kala itu sayapun belum bisa mempunyai sedal apa lagi sepatu untuk digunakan tiap hari ke sekolah, sehingga yang saya ingat waktu itu setiap pulang dari sekolah saya sering singgah di rumah keluarga mencari camilan atau jambu atau “bunne” bahkan “settung” yang ada di pinggir jalan di sepanjang jalan yang saya lewati demi untuk menunda rasa lapar.
Ah, “Merah Hati” dikau bab dari dongeng hidupku selama 6 Tahun, jasamu begitu besar dongeng bersamamupun begitu indah meski kamu harus kuganti paling usang 3 bulan sekali bukan lantaran saya tak sayang lagi padamu tapi dikau sudah tak layak dipakai. Mengapa dikau tak tahan pakai itu lantaran dipengaruhi oleh jarak antara sekolah dan gubuk serta kurangnya pakaian ganti, dikau menemaiku ke sekolah, dikau menemaniku ke sawah ataupun ke kebun dikaupulalah yang menemaniku dikala tidur. 3 bulan berlalu rasanya begitu singkat sesudah merah rasa murung harus lantaran ingin mengganti tapi tak punya dollar rasa senang lantaran punya merah hai yang gres segala upayapun dilakukan dengan begitu kreatif yang bolong ditambal, yang sobek dijahit tak peduli dengan warna kain ataupun warna benang yang serupa dengan merah hati atau tidak. Bahkan kadang si merah hati ditambal putih pakai benang hitam akhirnya warna warni belum lagi kancingnya yang terlepas ditambah resletingnya rusak kebayang molor hingga kaki ooohh noooo. Kala itu jangan mimpi yang namanya salifi (ikat pinggang) tali rafia juga belum kenal adanya yang ada hanya “tampeng kambulu” atau “bura utti”……………….
#merahhati
#KisanInspiratif
NEX : Kisah Nyata Part II “Merah Hati” ……. hanya di chanel ini
Belum ada Komentar untuk "✔ Cerita Faktual “Merah Hati” Part I"
Posting Komentar